Jumat, 4 November 2016 pukul 14.00 s.d. 16.45 WIB berlangsung diskusi terfokus antara civitas akademika Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Unsoed dan pembicara tamu dari Departemen Agronomi Fakultas Pertanian UGM, Prof. Dr. Didik Indradewa, Dip.agr.St. Topik diskusi terfokus terkait “Kearifan Lokal Agronomi Indonesia Untuk Dunia”.
Dalam diskusi yang bertempat di ruang rapat faperta, Prof. Didik membagi pengalaman tentang kearifan-kearifan lokal Indonesia yang telah mendunia khususnya di bidang Agronomi atau pertanian. Pengalaman tersebut beliau dapatkan baik dari hasil kunjungan ke berbagai daerah di Indonesia ataupun dari hasil penelitian yang selama ini dilakukan. Beliau menyampaikan bahwa agronomi berbasis kearifan lokal yang selama ini telah berkembang di Indonesia jarang diajarkan di kampus. Oleh karena itu, beliau tertarik untuk membaginya dengan dosen dan mahasiswa PS Agroteknologi.
Berbagai contoh kearifan lokal Indonesia yang menarik untuk menjadi perhatian misalnya tataguna lahan pada suku naga di wilayah Tasikmalaya Jawa Barat, konservasi lahan berbentuk teras batu di masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), budidaya pada lahan berbatu di daerah Muna Kendari, konservasi lahan di Kebekolo NTT, budidaya lorong di NTT, persiapan lahan menggunakan teknik gogorancah di NTB, sistem rencah untuk pengolahan lahan kurang air di Sumba Timur NTB, pengubahan lahan pasir pantai dengan status N2 (tidak sesuai permanen untuk pertanian) menjadi S3 (sesuai lahan marjinal) bahkan S2 di pantai selatan DIY sampai Jawa Tengah, dan lain-lain.
Prof. Didik menyampaikan bahwa beberapa kearifan lokal Indonesia bahkan telah dikenal di masyarakat dunia. Misalnya sistem mukibat yang mampu meningkatkan produktivitas ubi kayu hingga 100%. Pada sistem ini, satu bibit yang ditanam berasal dari dua sumber. Bagian batang atas digunakan ubi karet sementara bagian bawahnya digunakan ubi biasa. Harapannya ubi karet yang besar akan mampu meningkatkan jumlah fotosintat yang akan digunakan untuk memperbesar umbi bagian bawahnya sehingga hasil panen menjadi lebih besar dan banyak. Sistem mukibat ini telah menjadi rujukan para pembudidaya di Nigeria dan Columbia, juga telah diteliti para peneliti luar negeri dan dituangkan dalam jurnal internasional seperti Netherland Journal of Agriculture dan Annals of Tropical Research. Selain sistem mukibat, ada juga sistem satrawi yang dikembangkan untuk tanaman ubi kayu, dan teknik salibu dan ratun pada budidaya tanaman padi.
Dalam diskusi tersebut juga turut disampaikan penelitian-penelitian dosen PS Agroteknologi terkait kearifan lokal yang dikembangkan. Misalnya budidaya tanaman hortikultura di lahan pasir pantai, budidaya lada perdu di bawah tegakan pinus, budidaya kedelai pada bekas rumpun padi, dan teknik grafting (sambung) antara cengkeh dan pucuk merah.
Diskusi yang diadakan selepas acara Visitasi Akreditasi PS Agroteknologi Faperta Unsoed ini menambah wawasan mengenai kearifan lokal Indonesia yang telah mendunia. Harapannya akan semakin banyak kearifan-kearifan lokal yang dikembangkan PS Agroteknologi Faperta Unsoed dan membawa manfaat untuk masyarakat Indonesia dan dunia. Hal ini sesuai dengan visi PS Agroteknologi di tahun 2034 yang mengembangkan teknologi pengolahan tanaman berbasis perdesaan, di dalamnya mencakup kearifan lokal, secara berkelanjutan pada lahan-lahan marjinal (snh).