[Fapertaunsoed, 18/9/2018]- Menjadi fasilitator transfer pengetahuan kepada mahasiswa merupakan salah satu tugas seorang dosen. Kegiatan ini tidak harus melalui kegiatan resmi di kelas tetapi bisa melalui sharing atau diskusi santai di luar kelas. Biasanya melalui kegiatan “berbeda” ini, topik diskusi menjadi lebih mudah dipahami dan diserap mahasiswa. Topik yang dibahas bisa lebih beragam dan luas, bahkan bisa jauh lebih menyentuh isu-isu terkini. |
Salah satu kegiatan sharing atau diskusi santai terkait topik tertentu, Senin 17 September 2018 dilaksanakan di Pendopo Fakultas Pertanian. Acara yang dilaksanakan dari pukul 16.00 WIB sampai dengan 17.30 WIB tersebut membahas topik menarik terkait “Mengenal Pertanian Berbasis Al-Quran”. Hadir sebagai narasumber adalah Sapto Nugroho Hadi, S.Si., M.Biotech. Beliau adalah salah satu dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED).
Dalam acara yang diadakan Keluarga Mahasiswa Islam (GAMAIS) Faperta UNSOED tersebut, pembicara menyampaikan tentang pentingnya mengikuti petunjuk langit (Al-Quran) dalam mencari solusi terkait potensi krisis pangan, air, dan energi di Indonesia pada masa depan. Menurut beliau, Indonesia berpotensi krisis pangan jika permasalahan pertanian saat ini tidak segera diatasi seperti rendahnya minat generasi muda terjun di bidang pertanian, semakin sempitnya lahan pertanian produktif, dan laju pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi (1,49% per tahun) yang tidak diimbangi produksi mencukupi bahan pangan dalam negeri sehingga mengharuskan impor. Indonesia juga berpotensi krisis air bersih. |
Diperkirakan 25 juta penduduk Indonesia akan kesulitan akses air bersih di tahun 2030. Di bidang energi, kebergantungan kita pada minyak bumi sebagai sumber energi utama akan menyebabkan stok minyak bumi akan habis dalam 12 tahun mendatang (jika eksplorasi baru tidak dilakukan). Stok energi dari gas juga diperkirakan habis 30 tahunan lagi. Begitu pula batubara akan habis 80 tahunan lagi.
Untuk mengurangi resiko potensi krisis, maka generasi muda Islam harus bisa membaca petunjuk solusinya dalam Al-Quran. Ketiga permasalahan tersebut dapat diatasi dengan satu solusi: Menanam (bertani/budidaya). Pembicara menukil Surat Yaasiin ayat 33-36. Di surat Yaasiin tersebut dijabarkan SOP (Standard Operating Procedure) bagaimana memakmurkan/menghidupkan bumi yang mati (lahan yang tandus/marginal/sub-optimal). Pertama dengan menanam tanaman biji-bijian kelompok leguminosa seperti Alfalfa (Medicago sativa) sebagai tanaman pionir. Setelah tanah mulai subur, tanaman berikutnya adalah kurma dan anggur. Tanaman kurma dalam jangka panjang dapat menginisiasi terbentuknya sumber mata air dan aliran sungai. Dengan demikian dapat digunakan sebagai sumber bahan pokok alternatif selain beras sehingga kita tidak sampai krisisi pangan. Potensi kehadiran mata air dan anak sungai di bawah tanaman kurma menjadikan kita berpotensi menemukan sumber-sumber baru air bersih sehingga terhindar dari krisis air bersih. Keberadaan aliran sungai baru ini juga berpotensi digunakan untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA) sehingga kita dapat terhindar dari krisis energi. Setelah tanah menjadi subur karena ketersediaan nutrisi oleh leguminosa dan air oleh tanaman kurma, tanah tersebut pada tahap berikutnya dapat digunakan untuk kegiatan budidaya tanaman pokok seperti padi untuk mendukung ketahanan pangan. Ini dapat mengurangi potensi krisis pangan di masa depan. Selain padi dapat pula ditanam pohon zaitun yang berpotensi digunakan sebagai sumber energi terbarukan karena minyak yang dihasilkan. Dengan mengikuti petunjuk langit (Al-Quran) diharapkan ketiga potensi krisis masa depan dapat diminimalisir (snh).
Fakultas Pertanian Jaya!!!