[fapertaunsoed, 8/10/2018]- Stroberi menjadi salah satu komoditas primadona Desa Serang sejak tahun 2005. Terlebih pasca pencanangan Desa Serang menjadi “Pusat Agrowisata Stroberi ” oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purbalingga pada tahun 2008, jumlah petani, luas lahan, dan produksi stroberi terus meningkat sebagai respon atas peningkatan jumlah kunjungan wisatan lokal maupun luar daerah ke lokasi tersebut. Selama periode tahun 2008-2015, tercatat telah terjadi peningkatan jumlah petani, luas lahan, dan produksi stroberi masing-masing sebesar 25%, 42%, dan 66%. Hal ini tentunya telah memberikan dampak positif yang cukup signifikan terhadap perekonomian dan perkembangan sosial-budaya yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan pendapatan dan wawasan/animo masyarakat, serta infrastruktur setempat.
Sayangnya, dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, upaya-upaya pengembangan Agrowisata Desa Serang dihadapkan pada permasalahan yang cukup menantang, dimana stroberi yang menjadi ikon wilayah tersebut produksinya terus menurun secara drastis akibat cuaca/hujan ekstrim, yang memicu serangan hama/penyakit bercak daun dan busuk pangkal batang/akar yang masif dan sukar dikendalikan. Menurut Sugito, Kepala Desa Serang, kondisi ini menyebabkan sebagian besar petani stroberi telah beralih kembali ke budidaya sayuran yang dipandang lebih menguntungkan. Hal serupa diungkapkan Sunarso, salah satu petani stroberi sekaligus anggota Kelompok Tahlil Bergilir RT 07 RW 04 Dusun III Desa Serang bahwa musim hujan dan kabut yang terus menerus selama beberapa tahun terkahir telah mengubah kebun-kebun stroberi petik sendiri di sekitar lokasi wisata menjadi bera atau kembali menjadi lahan sayuran. “Bahkan, untuk memenuhi permintaan konsumen/wisatawan yang berkunjung ke lokasi saja, sebagian besar produk stroberi segar yang ada didatangkan dari luar daerah”, tegasnya.
Berangkat dari permasalahan tersebut, Purwoko Hari Kuncoro, S.TP., M.Agr., Ph.D., Dosen Program Studi Teknik Pertanian (PS TEP) UNSOED, bersama 4 anggota tim, yaitu Krissandi Wijaya, S.TP., M.Agr., Ph.D., Susanto Budi Sulistyo, S.TP., M.Si., Ph.D. dan Arief Sudarmaji, S.T., M.T., Ph.D., yang juga dosen dari PS yang sama, mencoba mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi screenhouse dan hidroponik untuk pembibitan/budidaya stroberi yang berkualitas kepada Kelompok Tahlil Bergilir RT 07 RW 04 Dusun III (kelompok sasaran)/masyarakat Desa Serang, Purbalingga dalam rangkaian Program Pengabdian kepada Masyarkat (PkM) Kemenristekdikti Tahun 2018. Kegiatan ini diawali dengan tahap pembangunan fisik 1 unit screenhouse beserta perangkat hidroponiknya di lahan kelompok sasaran. Kegiatan selanjutnya adalah tahap pendekatan sosial-budaya berupa penyuluhan, pelatihan, dan pendampingan anggota kelompok sasaran terkait pemanfaatan dan pengelolaan teknologi screenhouse dan hidroponik yang telah dibangun pada tahap awal, serta hal-hal terkait lainnya yang mendukung pengembangan agrowisata Desa Serang.
Sejak Program PkM dijalankan pada bulan Mei 2018, kegiatan penyuluhan dan pendampingan kelompok sasaran telah dilakukan beberapa kali secara bergiliran oleh anggota tim maupun mahasiswa yang terlibat melalui praktek langsung di lapangan maupun diskusi dengan anggota kelompok sasaran/masyarakat sekitar. Pada hari Kamis, 4 Oktober 2018, penyuluhan kembali diberikan secara bersamaan oleh seluruh anggota tim bertempat di rumah Bapak Sunarso, RT 07 RW 04 Dusun III Desa Serang, Purbalingga. Pada kesempatan tersebut, Purwoko menyampaikan tema tentang screenhouse, manfaat dan potensinya untuk pembibitan/budidaya stroberi, sementara Krissandi, Susanto, dan Arief masing-masing menyampaikan tema terkait hidroponik dan mekanisme penerapannya untuk pembibitan/budidaya stroberi, teknik monitoring pertumbuhan dan deteksi dini hama/penyakit stroberi, dan teknik kontrol otomatik iklim mikro dalam screenhouse dan pemberian irigasi/pupuk stroberi.
Anggota kelompok sasaran sangat antusias dan seksama mengikuti kegiatan penyuluhan tersebut. Dialog ringan terkait materi-materi yang diberikan pun terjadi cukup hangat. Secara umum, mereka sangat tertarik dengan adanya terobosan baru berupa aplikasi teknologi screenhouse dan hidroponik, serta deteksi dini hama/penyakit untuk pembibitan/budidaya stroberi yang optimal. Sebagian besar dari mereka manyatakan optimis dapat memanfaatkan dan mengelola teknologi tersebut secara mandiri maupun kelompok.
Dikatakan Sunarso, bahwa sebenarnya petani Desa Serang sudah sejak lama mengharapkan adanya transfer ilmu dan teknologi tepat guna dalam rangka mengembalikan produktivitas stoberi yang terus menurun secara drastis akhir-akhir ini. “Sejak dibangunnya screenhouse dan perangkat hidroponik di sini, banyak petani yang penasaran dan menyaksikan langsung praktek pemanfaatannya maupun berdiskusi dengan kami, Tim PkM, dan juga beberapa Mahasiswa UNSOED yang terlibat”, jelasnya. Lebih jauh, disampaikan Purwoko bahwa hal ini merupakan respon positif sekaligus awal yang baik untuk menjaga keberlanjutan pengembangan dan diseminasi teknologi screenhouse dan hidroponik, serta deteksi hama/penyakit untuk pembibitan/budidaya stroberi. “Insha Alloh, kedepan kami akan terus berupaya untuk tetap fokus pada program PkM ini, serta program-program terkait lainnya”, pungkasnya.
Bravo Tim PkM 2018!….Maju Terus, Tak Kenal Menyerah!… (d’kg)