Gula kelapa dikenal sebagai salah satu produk unggulan daerah dan nasional. Cilacap merupakan salah satu kabupaten di provinsi Jawa Tengah yang menjadi sentra produsen gula kelapa, baik gula kelapa cetak maupun gula kela kritsal (dikenal dengan istilah gula semut). Gula kelapa dijual ke pasar lokal, nasional, dan internasional. Pemerintah Kabupaten Cilacap melalui Dinas Pangan dan Perkebunan terus berupaya melakukan kegiatan pelatihan dan pendampingan untuk mendorong perajin gula kelapa (dikenal dengan istilah penderes) untuk memproduksi gula kelapa yang berkualitas agar harga gula kelapa menjadi lebih meningkat dan jangkauan pasarnya semakin luas.
Kendala utama yang sering dihadapi penderes dalam memproduksi gula kelapa adalah mudah rusaknya nira akibat kontaminasi mikroba. Akibat aktivitas mikroba ini, nira akan mengalami fermentasi dan nira yang sudah mengalami fermentasi tidak dapat diolah menjadi gula kelapa dengan kualitas yang baik. Untuk mencegah kerusakan nira, petani biasanya menambahkan bahan pengawet (antimikroba) yang dikenal dengan istilah laru. Laru yang digunakan dapat berasal dari bahan alami maupun kimia sintetik.
Di wilayah Kabupaten Cilacap, khususnya wilayah Cilacap bagian barat, sebagian besar penderes menggunakan pengawet kimia sintetik, yaitu sodium metabisulfit (sulfit) yang di kalangan penderes dikenal dengan istilah obat gula. Sodium metabisulfit merupakan bahan tambahan pangan (BTP), maka dalam penggunaannya harus memenuhi standar aman sesuai dengan regulasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Namun fakta yang ditemukan di lapangan, hampir semua penderes menggunakan obat gula ini dalam kadar (jumlah) yang jauh melebihi standar aman yang ditetapkan BPOM. Untuk memberikan pemahaman dan kesadaran kepada penderes akan bahaya penggunaan sulfit yang berlebihan, Dinas Pangan dan Perkebunan (Dispangbun) Kabupaten Cilacap mengadakan kegiatan Pelatihan Produksi Gula Kelapa Sehat pada Bulan Mei 2023.
Pada kegiatan pelatihan produksi gula kelapa sehat, Dr. Karseno yang merupakan Dosen pada Prodi S2 Ilmu Pangan dan S1 Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) menjadi narasumber. Kegiatan dilakuan di empat desa, yaitu Desa Sidasari Kecamatan Cipari, Desa Rawaapu dan Desa Bulupayung Kecamatan Patimuan, serta Desa Kaliwungu Kecamatan Kedungreja. Peserta dari kegiatan pelatihan ini adalah penderes yang sudah bergabung dalam kelompok tani, yaitu Kelompok Tani Barokah 2 (Desa Sidasari), Kelompok Tani Mekar Saluyu (Desa Rawaapu), Kelompok Tani Karya Tani Maju II (Desa Bulupayung), dan Kelompok Tani Darma Sadar (Desa Kaliwungu).
Dalam memberikan pelatihan, Dr. Karseno menjelaskan beberapa alternatif pengawet nira berbahan alami yang dapat digunakan untuk menggantikan laru obat. Karseno juga mengajak penderes agar secara bertahap mengurangi penggunaan sulfit sampai akhirnya dapat secara penuh menggunakan pengawet nira alami. Semua ini ditujukan agar gula kelapa yang dihasilkan menjadi lebih aman dan sehat. Solusi praktis produk pengawet alami pengganti laru obat yang dikenalkan dan dipraktekan oleh Karseno adalah TANGKIS. TANGKIS merupakan produk pengawet alami nira hasil inovasi Dr. Karseno dan tim di Fakultas Pertanian UNSOED. Produk TANGKIS secara resmi sudah mendapatkan ijin edar dari BPOM RI. Aplikasi TANGKIS di tingkat penderes sudah terbukti efektif dapat mencegah kerusakan nira dan menghasilkan gula kelapa dengan kualitas yang baik (memenuhi SNI gula palma). Pada akhir pelatihan beberapa penderes diberi sampel TANGKIS untuk dicobakan dan hasilnya dilaporkan kepada Dr. Karseno dan Dispangbun Kabupaten Cilacap (K).
Pelatihan Produksi Gula Kelapa Sehat di Kelompok Tani Mekar Saluyu (Desa Rawaapu, Kec Patimuan)
Pelatihan Produksi Gula Kelapa Sehat di Kelompok Tani Darma Sadar (Desa Kaliwungu, Kec Karangreja)