[Fapertunsoed Rabu 18/7/2018]- Tiap musim tanaman, hama wereng selalu menjadi momok yang menakutkan petani. Sebab, dalam stadium berat, serangan wereng bisa menyebabkan gagal panen atau puso.
Antara Oktober 2016 sampai Agustus 2017 lalu, sekitar 63 ribu hektare tanaman padi di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, terkena serangan hama wereng. Itu termasuk hamparan tanaman padi organik di Desa Piasa Kulon, Somagede, Banyumas.
Serangan wereng ini membuat lima mahasiswa Fakultas Pertanian (Faperta) dan Fakultas Teknik (FT) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Purwokerto, Jawa Tengah, prihatin. Mereka pun terpantik untuk menciptakan alat pemusnah wereng.
Melalui Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-M), yang didanai oleh Kemenristekdikti, mereka bergerak untuk membantu petani di Desa Piasa Kulon. Mereka adalah Hatika Rahmawan dan Ria Elsani (Jurusan Agroteknologi Faperta) dan Imaludin Sopandi, Aris Budiyanto, dan Muhammad Yusuf Fadillah (Jurusan Elektro FT).
“Serangan hama wereng yang menimpa petani sangat merugikan, petani mengalami kerugian gagal panen, serangan hama wereng tersebut tidak dapat dihindari, Hal ini mendasari kami untuk menciptakan teknologi yang dapat membantu petani,” ucap ketua tim pengabdian masyarakat, Hatika Rahmawan, dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com dari Humas Unsoed, Jumat, 13 Juli 2018.
Dia menjelaskan, tim menyurvei lokasi tanaman padi milik kelompok tani organik Ngudi Mratani Desa Piasa Kulon, pada April 2018. Kelompok tani ini adalah salah satu kelompok tani yang mengalami kerugian akibat hama wereng.
Tim menerapkan teknologi Hibrida Ultrasonik-LED. Teknologi ini dikembangkan berdasar penelitian sebelumnya mengenai gelombang ultrasonik dan Light trap atau lampu perangkap untuk hama wereng.
“Teknologi ini merupakan teknologi terbaru yang menggabungkan keduanya,” dia menambahkan.
Serangan hama wereng dalam stadium sedang dan berat menyebabkan tanaman padi gosong. (Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Hatika menjelaskan, frekuensi gelombang ultrasonik (frekuensi 40 – 60 kHz) akan menyebabkan gerakan hama wereng pasif tak bergerak. Pasifnya gerakan hama wereng memengaruhi pola makan sehingga pencernaannya terganggu. Lama kelamaan, wereng bisa mati.
“Kami menggunakan hasil penelitian yang telah ada sebelumnya mengenai ultrasonik dan juga cahaya, serta menggabungkan keduanya. Teknologi ini kami namakan Teknologi Hibrida Ultrasonik-LED,” dia menjelaskan.
Sosialisasi telah dilakukan di Balai Desa Piasa Kulon, Banyumas pada18 April 2018. Dalam sosialisasi tersebut dipaparkan pengenalan alat dan prinsip kerja alat hybrid yang dikembangkan.
Pembimbing penelitian dan pengabdian masyarakat yang juga Dosen Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Unsoed, Ardiansyah berharap teknologi ini dapat membantu mengatasi serangan hama wereng yang menyerang petani, khususnya pada pertanian organik yang tidak menggunakan pestisida dan pupuk sintesis.
“Diharapkan, meskipun tidak menggunakan pestisida, serangan hama tetap dapat dikendalikan dan mengurangi resiko gagal panen karena dibantu juga oleh teknologi hibrid,” kata Ardiansyah.
Dia pun berharap meski masih berupa hibrid, efektivitas alat pemusnah hama wereng ini akan diuji coba lapangan. Jika berhasil, alat akan terus dikembangkan untuk membantu para petani.
Sumber : https://www.liputan6.com/regional/read/3588745/mengenal-pemusnah-wereng-ultrasonik-led-karya-mahasiswa-unsoed