[faperta.unsoed.ac.id] Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman dalam rangka Dies Natalis ke-57 menyelenggarakan Kuliah Umum pada tanggal 17 September 2019. Kegiatan yang berlangsung dari pukul 07.30 s.d. 11.00 WIB ini bertempat di Gedung Soemarjito Unsoed. Kuliah umum menghadirkan Dr. Ir. Agus Wahyudi, M.S., Direktur Tanaman Semusim dan Rempah, Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian. Dr. Agus menyampaikan materi, “Kesiapan Mahasiswa Pertanian dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0 antara Peluang dan Ancaman. Kuliah umum dihadiri para pejabat di lingkungan Unsoed, Fakultas Pertanian, para Kepala Dinas Pertanian di Wilayah Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Kebumen, Banjarnegara, Pemalang, para dosen, dan mahasiswa Faperta Unsoed.
Dalam paparannya, Dr. Agus menyampaikan dalam kuliah umumnya tentang beberapa kasta produk pertanian. Kasta terendah adalah produk pertanian berbasis komoditas. Kasta kedua yang lebih tinggi adalah certified product, sedangkan kasta tertinggi adalah branded product. Indonesia sendiri sampai saat ini 95 persen produk pertanian masih pada kasta terendah, yaitu berbasis komoditas yang nilai ekonomisnya paling rendah. Kalau ini dibiarkan maka negara kita akan terus kalah dibandingkan negara-negara lain. Kita harus mau bertransformasi dari produk berbasis komoditas ke produk berbasis merk sehingga bernilai ekonomi tinggi. Kita harus bisa mencontoh negara Jepang yang hampir 100 persen produknya berbasis merk (branded product) sehingga bernilai ekonomi tinggi.
Transformasi dari produk berbasis komoditas ke branded product berbasis Revolusi Industri 4.0 perlu penguasaan empat pilar, yaitu (1). Big data analytic, yaitu analisis terhadap ketersediaan data yang sangat banyak di dunia untuk pengambilan keputusan, (2). Semua peralatan yang terkait dihubungkan dengan internet, (3). Artificial Intelegency (kecerdasan buatan) berbasis robotik, (3). Financial Technology (Fintech). Keempat pilar ini menjadi peluang untuk para mahasiswa berperan aktif dalam transformasi produk pertanian berbasis komoditas ke branded product.
Apakah transformasi ini memungkinkan bisa dicapai? Dr. Agus menyampaikan pengalamannya bahwa Indonesia telah berhasil bertransformasi dari produk berbasis komoditas ke brander product. Contohnya adalah pala. Dahulu harga pala Indonesia sangat rendah di pasar dunia. Ini karena pala Indonesia diekspor berbasis komoditas. Tapi saat ini pala kita sudah bertransformasi sehingga berubah menjadi produk berbasis merk sehingga harganya jauh lebih mahal. Merk bisa dibangun dengan memberikan pembeda pada produk tersebut. Untuk itu semua pihak harus bisa terlibat aktif termasuk mahasiswa. Materi Kuliah Umum silahkan Download