Tunas Bima merupakan agenda bidang kemahasiswaan tahunan yang di laksanakan sejak tahun 2019, berupa program pendampingan kewirausahaan. dengan melibatkan mahasiswa lintas jurusan/prodi di Faperta. Berbeda dengan periode sebelumnya, Tunas Bima tahun 2020 menggunakan model Bisnis Internship dengan menggandeng perusahaan mitra sebagai mentor bisnis mahasiswa.
Salah satu kelompok yang lolos seleksi sebagai peserta kegiatan adalah Kelompok Tabulampot dan Sambung alpukat. Tim ini melakukan magang pada CV. Cilengko Farm yang bergerak di bidang usaha penjualan tanaman hias, bibit buah, hasil pertanian, konsultan agribisnis dan jasa desain pertamanan. Usaha ini didirikan sejak tahun 2006 oleh alumni Fakultas Pertanian Bpk. Oso Suharso, SP yang juga berlaku sebagai mentor. CV Cilengko Farm berlokasi di Jl. Raya Baturraden, Km.5, Pabuaran, Rt 01/Rw 01, kabupaten Banyumas ini menjadi tempat magang mahasiswa Tunas Bima selama dua bulan sejak 5 Oktober 2020 sampai 5 Desember 2020. Tak hanya di satu lokasi, kelompok ini juga belajar pembibitan tanaman buah dan merawat tanaman buah di lahan mitra CV Cilengko yang berlokasi di Desa Banjarsari, kecamatan Purwokerto Utara, Kabupaten Banyumas.
Pada prakteknya kegiatan Tunas Bima lebih mengutamakan kemampuan mahasiswa mengelola usaha, belajar langsung dari pengusaha yang sudah eksis hingga setelahnya mampu melakukan usaha berbekal pengalaman magang. Selama program magang mahasiswa melakukan usaha bersama perusahaan mitra sebagai mentor bisnis. Mulai proses produksi, manajemen yang mendukung proses produksi, dan sistem pemasaran. Mahasiswa yang melakukan magang usaha di CV Cilengko Farm terdiri dari 2 kelompok.
Kelompok 1 merintis usaha pembibitan tanaman buah dengan tabulampot slogan tanam buah tanpa repot dengan tabulampot, dengan dosen pembimbing Etik Wukir Tini, S.P., MP terdiri dari lima mahasiswa sebagai berikut:
- M. Alfin Hisam (prodi Agribisnis 2018) ketua kelompok 1,
- Wahyu Heru Nugroho (prodi Agribisnis 2018),
- Shella Saraswati (prodi Agrotek 2018),
- Fransiska Wulan Sari (prodi PSL 2019), dan
- Rafriansyah Al Ihza (prodi PSL 2019).
Kelompok 2 menekuni usaha produksi bibit alpukat dengan dosen pembimbing Ni Wayan Anik Leana, S.P., M.P., terdiri dari lima mahasiswa sebagai berikut:
- Erni Nur Arifah (prodi Agrobisnis 2018) ketua kelompok 2,
- M. Ikhsanul Khakim (prodi PSL 2018),
- Iqbal Aji Pangestu (prodi Agroteknologi 2018,
- Dewi Ratih Errika M. (prodi PSL 2019) dan
- Fahrul Sulistyo (prodi PSL 2018).
Usaha kelompok 1 ini dipilih karena tabulampot yang dikenal sebagai tanaman buah dalam pot dewasa ini cukup diminati. Tabulampot merupakan metode budidaya tanaman lahan sempit yang lebih mengoptimalkan media dalam pot sebagai sumber nutrisi tanaman buah. Tabulampot bisa menjadi pilihan pecinta tanaman yang tak memiliki lahan luas. Selain memperindah halaman, tabulampot juga menghasilkan buah yang bernutrisi. Mengingat nutrisi yang terbatas hanya dalam pot, budidaya tabulampot tentu membutuhkan teknik khusus. Tanaman yang dipilih sebagai bibit tabulampot seperti aneka jenis jeruk: jeruk nagami, lemon kalifornia, chokun, jeruk nipis. Tanaman buah lainnya seperti jambu madu Deli, jambu citra, jambu Kristal, belimbing madu, dan murberry juga tak ketinggalan. Harga yang ditawarkan mulai Rp 50.000,00 tergantung ukuran bibit dan paket yang ditawarkan. Paket yang ditawarkan seperti paket bibit dengan planterbag, media tanam, serta paket pestisida.
Pemasaran dilakukan melalui online serta pemasaran langsung dari mulut ke mulut. Sasaran konsumen utama mereka adalah masyarakat perkotaan dan generasi milenial dimana untuk masyarakat perkotaan dapat berkebun dengan lahan yang tidak terlalu luas dan untuk generasi milenial lebih mempermudah berkebun.
“Sesuai dengan motto kami yaitu fun, simple and healty, kami ingin memberi kesan pertanian menyenangkan, simple dengan menerapkan tabulampot, healty atau sehat karena kita yang memanam dan kita yang menikmati hasilnya sendiri”, jelas Alfin. Peserta magang melaksanakan kegiatan dengan antusias meskipun harus membagi waktu dengan agenda kuliah. Mahasiswa banyak belajar mengenai perbanyakan bibit tanaman dengan metode sambung pucuk, lalu mengetahui media tanam yang dibutuhkan tanaman, baik dari komposisinya, tingkat porositas media tanam, nutrisi dan pestisida yang dibutuhkan tanaman. Peserta magang juga senangkarena mendapat banyak relasi baru, belajar keadaan lapang baik on farm maupun dibagian pemasaran.
M. Ikhsanul Khakim salah satu anggota kelompok menjelaskan teknik sambung pucuk dilakukan dengan memotong batang bawah pada ketinggian 10—20 cm di atas tanah, membelah ujung batang bawah sedalam 1-3 cm hingga membentuk huruf V, kemudian menyambung bagian atas dengan pucuk alpukat dari varietas yang diinginkan. Biasanya, tunas baru akan muncul 1-1,5 bulan setelah penyambungan. Bibit alpukat sedang banyak peminatnya karena permintaan buah alpukat cukup tinggi di pasaran. Usaha ini diharapkan membentuk mindset mahasiswa untuk dapat menangkap peluang usaha yang prospektif di bidang penjualan bibit dan mencari jejraing pemasaran sejak dari bangku kuliah. (ohr)