Acara yang tidak kalah hebatnya dalam rangkaian Dies 54 Faperta Unsoed adalah talkshow dengan 3 narasumber hebat bertaraf nasional di Graha Widyatama Unsoed. Tiga narasumber yang telah kompeten di bidang pertanian ini adalah Prof. Totok Agung DH., M. P., Ph. D, Karen Tambayong dan Jenderal (purn) Dr. Moeldoko. Selain dari keluarga fakultas pertanian, peserta juga datang dari berbagai penjuru. Tercatat lebih dari 1000 orang menghadiri talkshow yang dibuka untuk umum ini. Adapun tujuan dari diselenggarakannya talkshow adalah membangun dan memotivasi generasi muda untuk cinta kepada dunia pertanian.
Kegiatan diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia raya dan mars pertanian dengan hikmat. Kemudian Dr.Ir. Anisur rosyad,M.S selaku dekan Faperta memberikan sambutan sekaligus membuka kegiatan.”Saya berharap Faperta bisa menjadi sahabat petani dengan keahlian dan teknologi yang dimiliki. Sehingga adanya Faperta ini akan mewadahi mahasiswa yang datang dengan berbagai motivasi untuk membangun pertanian, ” ungkapnya.
Penampilan musikalisasi puisi dengan penuh arti dari mahasiswa tentang dunia pertanian ikut meramaikan kegiatan talkshow. Setelah itu sampai pada acara talkshow BBA (Bincang-Bincang Agribisnis) dengan Yeka Hendra Fatika sebagai moderator. Pembicara pertama adalah Prof. Ir. Totok Agung DH., M. P., Ph. D., seorang pakar pertanian faperta unsoed. Menurut seorang Komisi KP3K Jateng ini bahwa kemerdekaan adalah modal utama bangsa untuk mewujudkan tujuan nasional utamanya untuk pertanian adalah tujuan memajukan kesejahteraan umum. Beberapa kendala yang dihadapi adalah sumber daya manusia yang masih rendah, egosektoral dan kebijakan dalam harga di pasaran serta impor.
Pembicara kedua yang hadir ditengah-tengah peserta yaitu Karen Tambayong. Karen Tambayong selaku praktisi pertanian menyampaikan tentang alasan generasi muda harus memilih pertanian. Menurut Komite tetap Hortikultura Kadin ini, bahwa dengan adanya tantangan seperti meledaknya populasi maka generasi pertanian harus mampu merubah pola konsumsi bangsa untuk lebih mencintai produk dalam negeri dan mengembangkan produk unggulan daerah.
Pembicara ketiga adalah seorang panglima TNI ke 15 yaitu Jenderal (purn) Dr. Moeldoko. Menurut Jenderal yang begitu mencintai dunia pertanian ini, dalam pembangunan pertanian dibutuhkan adanya market, teknologi, alat produksi dan alat angkut. Sehingga diharapkan yang tercapai bukan hanya ketahanan pangan, namun sampai pada kedaulatan pangan.
Antusiasme peserta memuncak saat sesi diskusi berlangsung. Dari beberapa pertanyaan yang diajukan, Prof. Totok Agung menyampaikan diperlukan pendidikan bagi petani agar dapat menyerap teknologi. Selain itu Faperta akan mendorong reformasi agraria bagi petani yang tidak memiliki lahan sehingga dapat mengembangkan teknologi pertanian terintegrasi dengan kelompok masyarakat. Menanggapi pertanyaan kepada Karen Tambayong, kearifan lokal harus dipertahankan dalam pembangunan pertanian dengan meningkatkan motivasi belajar, bekerja dan membangun pertanian. Sehingga dapat mencapai tujuan untuk menyejahterakan masyarakat seperti yang diungkapkan Dr. Moeldoko saat sesi diskusi. “Dengan menggunakan kearifan lokal yang ada, mari kita bangkit dengan meningkatkan jiwa enterpreneurship untuk menyejahterakan masyarakat, ” ungkapnya.
Kegiatan talkshow untuk umum ini disambut baik dari berbagai kalangan yang hadir. “Talkshow ini sangat bermanfaat bagi saya, karena menambah wawasan baru tentang keadaan pertanian saat ini. Harapan saya adalah Fakultas Pertanian tidak lagi dianggap remeh,” ungkap Millaturrif’ah mahasiswa Universitas Tidar. Seorang pensiunan Departemen Keuangan yaitu M. Sarjo yang ikut hadir berkata “Pertanian Unsoed yang sudah bagus ini diharapkan dapat memotivasi anak muda untuk cinta pertanian. Saya sendiri saat ini lebih memilih kembali ke desa untuk membangun pertanian”.
Maju Terus Pantang Menyerah
Faperta Jaya. (UT, NS, RF, AD)