Purwokerto Jum’at (10/2/2017), program siaran langsung Dialog Interaktif Unsoed yang di selenggarakan Banyumas TV ( BMS TV ) mengangkat tema Peran Fakultas Pertanian Unsoed Dalam Membantu Ketahanan Pangan Nasional menghadirkan narasumber Dekan Fakultas Pertanian Unsoed, Dr. Ir. Anisur Rosyad, MS., Guru Besar Bidang Ilmu Penyakit Tanaman Penting, Prof. Dr. Ir Loekas Soesanto, MS., Ph.D, Guru Besar Bidang Pemuliaan Tanaman, Prof. Ir. Totok Agung Dwi Haryanto, MP. Ph.D serta Peneliti kedelai, Dr. Ir. Ponendi Hidayat, MP. |
Acara ini di dipandu oleh Putri Maya Sari selama 60 menit dan di buka dengan pentas Tari Tradisional Banyumasan (Tari Lengger Ngoser) oleh Vika & Tiwa, mahasiswa Fakultas Pertanian Unsoed yang tergabung dalam UKM BEZPER.
Pada sesi pertama pembawa acara menanyakan beberapa pertanyaan kepada Dekan Fakultas Pertanian Unsoed diantaranya adalah, Fakultas Pertanian sebagai Fakultas Tertua di Unsoed mahasiswanya berasal dari mana, Apa saja peran / kiprah yang sudah dilalukan Fakultas Pertanian di Banyumas, Banjar negara, Purbalingga, Cilacap, Kebumen (MASBARLINGCAKEB DAN SEKITARNYA) & kedepan Fakultas Pertanian akan melakukan apa lagi terhadap masyarakat MASBARLINGCAKEB?
Dr. Ir. Anisur Rosyad, MS menjawab pertanyaan tersebut bahwa Fakultas Pertanian Unsoed memang merupakan fakultas tertua di unsoed dan berdiri 54 th yang lalu, jumlah mahasiswa sebanyak 3000 orang mereka tentunya berasal dari MASBARLINGCAKEB atau dari wilayah pulau jawa & luar jawa. Sudah banyak hal yang dilakukan Fakultas Pertanian sejak berdiri 54 tahun, diantaranya melalui pengabdian masyarakat, pendidikan, penelitian, kerja sama dengan memberi bekal di bidang pertanian kepada petani yang berada di wilayah Banyumas & sekitarnya secara berkesinambungan, Fakultas Pertanian juga mempunyai Desa Binaan di sekitar wilayah Banyumas & sekitarnya.
Beliau juga mengungkapkan bahwa “Fakultas Pertanian sudah mencanangkan pada Waktu Dies Natalis Fakultas Pertanian Ke 54, Fakultas Pertanian Menjadi Sahabat Petani, rencana kedepan Fakultas Pertanian akan mendampingi bahkan mengundang mereka untuk hadir berdiskusi, kami akan memfasilitasi dengan cara image ataupun secara periodik di jadwalkan acara untuk para petani dikampus.”
Di sesi kedua pemandu acara bertanya kepada Prof. Dr. Ir Loekas Soesanto, MS., Ph.D. “Berkaitan bidang perlindungan tanaman, permasalahan apa yang dihadapi para petani di Kabupaten Banyumas dan bagaimana upaya dalam mengatasinya?”
Prof. Dr. Ir Loekas Soesanto, MS., Ph.D menjawab dengan berkomentar, “Saya barusan dapat WA dari salah seorang petani yang mengeluh tentang tanaman cabe yang terkena penyakit pathek / Patheknosa beberapa waktu lalu juga ada kasus pada tanaman jagung penyakit bulai dan juga beberapa komoditas pangan yang ada di Kab. Banyumas dan sekitarnya, selama ini petani sukar untuk mengatasi masalah itu dan masih mengandalkan kimia dan kimia tidak akan mampu mengatasi masalah itu karena ada beberapa kelemahan. Beberapa hasil penelitian kami, kami berusaha untuk mengatasi masalah itu tidak dengan kimia tetapi dengan organic / biologi / hayati.”
Untuk merubah maind set kebiasaan petani menggunakan pestisida kimia dalam penanggulangan hama dan penyakit Prof Loekas menjelaskan bahwa, kesadaran tentang pentinggnya keberlangsungan lahan artinya bagaimana nanti kalau lahan itu diwariskan ke generasi berikutnya bila memakai bahan kimia secara terus menerus akan merusak kesuburan lahan, kemudian untuk masalah kesehatan, selama ini kalau petani mengendalikan masalah hama dan penyakit menggunakan / mengendalikan masalah hama dan penyakit menggunakan kimia mereka tidak sadar ketika mereka di lahan terasa pusing atau keringat dingin keluar dan itu mungkin terjadi keracunan kimia yang dapat membahayakan bagi petani itu sendiri. Menyadarkan petani, bagaimana caranya mengendalikan hama dan penyakit secara ramah lingkungan, murah, aman, juga menganjurkan petani untuk bisa membuat sendiri obat itu.
“Beberapa produk sudah kami patenkan sehingga kami akan berikan kepada petani sehingga petani tidak bergantung pada pektisida kalau memang petani kreatif dan punya inovasi dia akan mampu untuk memproduksi sendiri obatnya sehingga dia tidak bergantung pada obat dilapangan.”ungkapnya.
Di sesi ketiga Pertanyaan di tujukan kepada Prof. Ir. Totok Agung Dwi Haryanto, MP. Ph.D mengenai bagaiman sorotan tentang kegiatan nasional saat ini terkait ketersediaan beras sebagai bahan pangan penduduk Indonesia?
Beliau menjelaskan mengenai ketersediaan pangan merupakan faktor yang menentukan ketahanan pangan, berbicara mengenai ketersediaan pangan yang bisa di jangkau harganya, juga tersedia di seluruh Indonesia. Tahun 2016 panen padi indonesia mencapai 79 juta ton lebih melebihi kebutuhan, sehingga pemerintah menyatakan swasembada. Namun ada satu kendala yaitu kendala dalam menyediakan pangan ( ketersediaan varietas padi yang dapat beradaptasi pada lahan yang tidak tersedia air sepenuhnya ) dalam arti tidak ada irigasi, karena hal tersebut Fakultas Pertanian Unsoed melalui para pakarnya (Prof. Totok Agung & Prof. Suwarto) telah mengembangkan padi gogo yang tahan kekeringan yang bisa ditanam dilahan kering tidak ada irigasi tetapi pemenuhan air bagi tanaman dari curah hujan, namanya varietas Inpago Unsoed 1, keistimewaan varietas tersebut yaitu tahan di lahan kering, rasa nasinya pulen, aromanya wangi, tahan penyakit dan sekarang penyebaranya sudah hampir di seluruh Indonesia serta sudah di kembangkan di Afrika.
Di sesi terakhir pemandu acara menanyakan kepada Dr. Ir. Ponendi Hidayat, MP.
“Bagaimana Ketersediaan kedelai yang tidak terpisahkan dari kebutuhan pangan di Indonesia?”
Dr. Ponendi Hidayat, MP menjawab dengan menjelaskan bahwa kebutuhan kedelai di Indonesia belum swasembada, tahun 2016 pemenuhan kedelai di Indonesia baru 40% sisanya impor. Beliau mengatakan “Bagaimana caranya kita untuk meningkatkan produksi?” Salah satu cara yang di lakukan untuk peningkatan produksi adalah dengan perluasan area tanam (PAT). Untuk perluasan lahan dilakukan kerja sama dengan perhutani dan secara akademis, Fakultas Pertanian sudah merilis varietas unggul yaitu Varietas slamet dan Varietas Sindoro temuan Prof. Sunarto.
“Baru baru ini para pakar di Fakultas Pertanian Unsoed sedang melakukan penelitian persilangan kedelai dan sudah mencapai galur ke 5, memiliki potensi produksi cukup tinggi, mudah mudahan kedepan Fakultas pertanian Unsoed sudah bisa merilis lagi varietas kedelai yang potensi produksinya tinggi”, ungkapnya.
Pada akhir acara di sampaikan simpulan oleh Dekan Fakultas Pertanian Unsoed dengan mengatakan, “Pada intinya Fakultas Pertanian Unsoed mempunyai semangat dan kemauan tinggi membantu memecahkan permasalah bidang pertanian, kami mempunyai kesungguhan mengatasi masalah pertanian melalui teknologi, temuan yang kami miliki yang dihasilkan oleh para peneliti kami, silahkan para petani bisa datang atau menghubungi kami Fakultas Pertanian untuk masalah pertanian. Kami juga mempunyai komitmen yang tinggi untuk menghasilkan sarjana – sarjana yang punya komitmen untuk mengankat petani di Indonesia”. (*SP)