[Faperta.unsoed Kamis 31/8] Masyarakat Desa Wlahar Wetan Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas mulai menyadari dampak penggunaan bahan-bahan kimia sintetis secara terus-menerus dalam aktivitas pertaniannya. Produksi padi dan hasil pertanian justru menurun akibat degradasi daya dukung lahan. Revitalisasi daya dukung lahan pertanian mulai diupayakan dengan menerapkan budidaya organik secara terpadu dengan mengembangkan varietas lokal. Hal tersebut terungkap dalam Focus Group Discussion Pemetaan Potensi Desa dalam rangka Program Pengabdian kepada Masyarakat Skim Bina Desa Fakultas Pertanian UNSOED yang dilaksanakan pada hari Selasa, 29 Agustus 2017 bertempat di Balai Desa Wlahar Wetan.
Dekan Fakultas Pertanian, Dr. Ir. Anisur Rosyad, M.S dalam sambutan pengantar FGD menyampaikan bahwa Faperta UNSOED memiliki berbagai teknologi hasil penelitian yang berpotensi dalam pemecahan berbagai permasalahan masyarakat khususnya di bidang pertanian yang wajib disampaikan kepada berbagai pihak agar dapat bermanfaat sebagaimana mestinya. Kepala Desa Wlahar Wetan, Dodiet Prasetyo yang memandu langsung diskusi ini menyambut baik kehadiran pihak Faperta UNSOED, dan berharap terjalin sinergi dalam pendayagunaan potensi desa sehingga mampu meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.
Perjalanan diskusi mengungkap kendala-kendala yang dihadapi oleh petani di desa yang telah meneguhkan tekad untuk membangun kemandirian di bidang pangan ini, yang utama adalah sulitnya mendapatkan air untuk pengairan padi saat musim kemarau, sehingga pada lahan-lahan yang tidak terfasilitasi jaringan irigasi rata-rata petani hanya dapat menanam satu kali dalam satu tahun. |
Karakteristik tanah di Desa Wlahar Wetan yang lengket saat hujan dan keras serta pecah-pecah saat kering menyebabkan penurunan produksi padi secara tajam, bahkan puso. Beberapa inovasi teknologi, termasuk varietas-varietas unggul padi yang dihasilkan peneliti Faperta UNSOED sudah banyak membantu petani di berbagai wilayah nusantara yang mengalami kendala serupa. Salah satu varietas yang telah tersebar luas pengembangannya di 26 provinsi, adalah padi gogo aromatik Inpago Unsoed 1 yang dirakit oleh Prof. Dr. Ir. Suwarto, M.S. dan Prof. Ir. Totok Agung Dwi Haryanto, M.P., Ph.D. Penayangan profil dan pengembangan varietas unggul padi gogo aromatik di berbagai daerah dengan kendala spesifik menarik perhatian peserta diskusi, yang dengan antusias menggali lebih banyak lagi informasi dari Dekan yang didampingi Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. Ir. Siswantoro, M.P dan tim bina desa Faperta UNSOED yang terdiri dari Karseno, S.P., M.P., Ph.D. Dr. Ir. Agus Sutanto, M.P., Ir. Mujiono, M.P. dan Akhmad Rizqul Karim, S.P. dan Dyah Susanti, S.P. M.P.
Inpago Unsoed 1 merupakan varietas unggul padi gogo yang memiliki ketahanan terhadap kekeringan, berdaya hasil tinggi di lahan kering (potensi hasil 7,42 ton/ha dan lebih tinggi jika ditanam secara organik), umurnya genjah/pendek (sekitar 117hst seperti IR 64) dan memiliki keistimewaan kualitas hasil, yaitu teksturnya pulen dan wangi/aromatik. Sifat responsif Inpago terhadap budidaya organik serta tekstur nasi yang pulen dan aromatik ini sesuai dengan program pengembangan beras premium organik yang mulai dirintis oleh masyarakat Desa Wlahar Wetan menggunakan varietas lokal Menthik Susu dan padi hitam dengan cap produk Beras Jawa.
Inpago Unsoed 1 dirakit dari varietas lokal padi gogo berdaya hasil tinggi umur genjah yaitu Poso dengan padi sawah yang memiliki kualitas hasil tinggi dan aromatik yaitu Menthik Wangi, sehingga menambah kemantapan perangkat dan petani Desa Wlahar Wetan untuk mengembangkannya pada musim tanam pertama tahun ini dengan pendampingan budidaya organik dengan aplikasi berbagai komponen teknologi yang mendukung dari hasil penelitian dan pengembangan para peneliti Faperta UNSOED yang dipaparkan oleh Karseno, S.P., M.P., Ph.D. Faperta Unsoed kembali berkiprah dalam perannya sebagai sahabat petani. Maju terus Faperta Unsoed dan Desa Wlahar Wetan, Pantang Menyerah..!
(Dyah S. 30/08/2017)