[Fapertaunsoed 6/6/2018]- Tanaman perkebunan merupakan tanaman yang penting perananya sebagai sumber devisa negara terbesar, dibandingkan dengan tanaman hortikultura dan tanaman pangan. Banyak komoditas perkebunan yang dieksport kebeberapa negara, memberikan sumbangan besar terhadap perekonomian negara dan meningkatkan PAD serta pendapatan petani pekebun. Data dari Direktorat Perlindungan Perkebunan Kementan menyebutkan bahwa beberapa produk atau komoditas perkebunan ditolak oleh negara pengimpor karena adanya residu pestisida, misalnya kopi ditolak di Jepang karena adaya residu karbaryl, kakao ditolak di Jepang karena adanya residu 2,4 D, dan minyak sawit ditolak di Spanyol karena adanya residu dioksin.
Selain itu sebagai dasar adanya pelatihan ini, juga masih adanya masalah penyakit dan hama yang sukar dikelola bahkan dengan cara kimia maupun dengan pengendalian hayati yang ada. Misalnya penyakit VSD dan busuk buah pada kakao, hama penggerek buah kakao, penyakit bakteri pembungkuh kayu cengkih, penyakit kuning lada, hama penggerek (batang, cabang dan ranting) cengkih dan masih banyak lagi masalah penyakit dan hama lainya pada komoditas perkebunan. Bahkan dijumpai dikomoditas perkebunan pasca panen.
Tanaman perkebunan diprovinsi Papua sangat luas dan mendominasi tanah papua setelah tanaman hutan. Permasalahan diatas juga dihadapi di Provinsi Papua. Provinsi Papua jauh ditertinggal di dalam pengelolaan tanaman perkebunan dibandingan dengan provinsi lainya di Indonesia. Di samping itu, juga sistem birokrasi yang belum melihat pentingnya pengelolaan tanaman perkebunan, dengan memindahkan tenaga potensial dibidang proteksi tanaman perkebunan yang sudah dilatih ke bidang lain, sehingga terputusnya pengetahuan tentang proteksi tanaman perkebunan bagi tenaga baru pengganti.
Pengelolaan penyakit dan hama tanaman perkebunan sudah mempraktikan temuan baru teknologi praktis yang aman, murah dan mudah serta terbukti mampu menyelesaikan masalah penyakit dan hama tanaman perkebunan, yaitu dengan menggunakan metabolit sekunder agensia pengendali hayati (APH). Teknologi ini ditemukan oleh Prof. Ir. Loekas Soesanto, MS., Ph.D. beserta tim peneliti dari Fakultas Pertanian Unsoed. Teknologi metabolit sekunder sudah diaplikasikan untuk APH sudah diaplikasikan untuk mengatasi masalah penyakit dan hama dibeberapa komoditas perkebunan, seperti penyakit busuk buah, VSD, kangker batang dan hama penggerek buah dan Helopeltis di kakao; penggerek batang, cabang, dan rantingserta penyakit bakteri pembuluh kayu di cengkih;pengerek batang dan penyakit akar di pala; hama ulat dan kuku ditembakau; hama kutu hijau dan penggerek buah di kopi; hama Oryctes, Artona, dan Sexsava di kelapa, penyakit kuning dilada dan penyakit budok di nilam, yang diaplikasikan di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Jawa Barat, DIY, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan TImur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku dan Papua Barat
Oleh karena itulah, dilakukan pelatihan bagi petugas Dinas Perkebunan Provinsi Papua sebanyak 8 (delapan) orang selam 3 (tiga) hari yaitu pada hari Senin – Rabu tanggal 4 s/d 6 Juni 2018 di ruang Rapat Senat Fakultas Pertanian UNSOED. Pelatihan diberikan dalam bentuk pemberian materi dan praktik. Yang diberikan oleh tenaga ahli dari Fakultas Pertanian Unsoed, yaitu oleh Prof. Ir. Loekas Soesanto, M.S., Ph.D., Ir. Abdul Manan, MP., dan Endang Mugiastuti, SP., MP. Materi yang diberikan mengenai prospek pengelolaan organisme penggangu tanamn perkebunan, pendahuluan ke metabolit sekunder APH, peran metabolit sekunder APH, produksi metabolit sekunder, APH baik secara laboratorium maupun secara praktis, deteksi senyawa yang terkandung di dalam metabolit sekunder APH, pemahaman tentang nematode, macam nematode khususnya yang ada di tanaman perkebunan, cara ekstraksi, isolasi, dan deteksi nematode, serta dilengkapi dengan praktik di laboraturium.
Diharapkan dari pelatihan ini, para petugas Dinas Perkebunan dapat bertambah wawasan dan pengetahuan praktis bagaimana mengelola penyakit dan ham di tanaman perkebunan secara ramah lingkungan; bagaimana menyiapkan obatnya secara praktis, mudah dan mura; dan bagaimana mengukur dan mengevaluasi hasil aplikasi obat tersebut pada tanaman perkebunan. (Prof. Loekas 6/6/2018)
Fakultas Pertanian Jaya!!!